20 Juni 2009

19 Juni 2009

Pieter, CEO Dell Indonesia



Pieter Lydian. Muda, agresif. Pria kelahiran 1973 ini sekarang memimpin bisnis Dell Inc di Indonesia sebagai country manager atau managing director menggantikan Megawaty Khie, yang hengkang ke Hewlett-Packard (HP) Indonesia. Itu terjadi Mei 2009 lalu.

Megawaty Khie sesungguhnya orang baru juga di Dell Indonesia. Perempuan lulusan Southern Illinois, Amerika Serikat (AS) itu, bergabung dengan Dell pada 2007, setelah sebelumnya menjadi direktur PT Microsoft Indonesia.

Sedangkan Pieter Lydian adalah alumnus Universitas Bina Nusantara (Binus), Jakarta. Itu berarti, Pieter yang juga suka 'main' saham ini menduduki posisi puncak sebagai CEO Dell Indonesia pada usia 36 tahun. Ia adalah orang Indonesia kesekian yang menjadi CEO pada perusahaan multinasional yang berkantor di Jakarta dalam usia di bawah 40 tahun.

Sebelum dipercaya menjadi country manager Dell Indonesia, Pieter adalah business development director Dell. Dalam jabatan itu, Pieter bertanggung jawab kepada Andreas Ruddy Diantoro, regional managing director South Asia/Developing Markets Group Dell. Kini, dengan jabatan sebagai country manager Dell Indonesia, Pieter Lydian bertanggung jawab pada Pang Yee Beng, regional general manager Dell untuk Singapura, Indonesia dan Malaysia, yang berbasis di Kuala Lumpur.

18 Juni 2009

Jalan Menuju CEO

Ada begitu banyak perusahaan multinasional (MNC) membuka kantor di Indonesia, tak terkecuali MNC yang bergerak di bidang teknologi informasi (TI). Banyak orang pintar Indonesia yang memimpin MNC itu di Indonesia, baik sebagai presiden direktur atau country manager. Bila ditelisik, tampilnya orang lokal menjadi chief executive officer (CEO) pada MNC itu terjadi pada tahun 2002. Seperti serentak.


Awalnya IBM yang memeloporinya pada tahun 80-an, lalu diikuti Microsoft, Hewlett-Packard (HP), Intel, Dell, Cisco, Nokia, Sun Microsystems, dan banyak MNC lainya. Mereka yang kemudian memimpin MNC itu rata-rata lulusan perguruan tinggi nasional, baik negeri maupun swasta. Rata-rata mereka yang menduduki posisi puncak pada MNC di Tanah Air itu dalam usia relatif muda, di bawah 40 tahun.


Sebut saja Andreas Ruddy Diantoro, yang memimpin bisnis Dell Inc di 23 negara di kawasan Asia Selatan dalam usia 36 tahun. Pun begitu dengan Hasan Aula, yang menjadi country manager Nokia Indonesia dalam usia 38 tahun. Elisa Lumbantoruan, bahkan dalam usia 35 tahun sudah menjadi presiden direktur Hewlett-Packard (HP) Indonesia, sebelum akhirnya diminta Kemeterian BUMN untuk menjadi direktur TI dan Strategis pada PT Garuda Indonesia.


Selain itu ada Budi Wahyu Jati (country manager Intel Indonesia), Irfan Setiaputra (country manager Cisco Systems Indonesia), dan Tony Chen (presiden direktur PT Microsoft Indoensia) yang menjadi CEO pada usia 38 tahun. Irfan Setiaputra, kemudian diminta pula oleh Kementerian BUMN untuk memimpin sebagai presiden direktut PT Inti (Persero). Sedangkan Suryo Suwignjo (presiden direktur PT IBM Indonesia) dan Wibisono Gumulya (presiden direktur PT Sun Microsystems Indonesia) menjadi CEO dalam usia 42 tahun.


Mereka merintis karier dari bawah pada perusahaan tersebut. Namun, ada juga yang loncat dari perusahaan satu ke perusahaan lain sebelum akhirnya memimpin MNC tersebut. Yang pasti, mereka semua memulai karier sebagai tenaga sales.

Mereka pada intinya memasarkan produk TI di Indonesia, tetapi sejatinya juga memasyarakatkan penggunaan TI di Nusantara ini. Kepada anak-anak, pelajar, mahasiswa, orang tua, dan dunia usaha, baik perusahaan besar maupun usaha kecil dan menengah (UKM).


Talenta mereka telah membuka belenggu keragu-raguan dan ketidakpercayaan MNC terhadap talenta orang Indonesia. Sepak terjang mereka di MNC itu sedikit banyak menginspirasi banyak orang, terutama para pelajar dan mahasiswa, serta mereka yang baru berkiprah di dunia kerja atau bahkan sedang merintis karier.