19 September 2019

Karaniya Dharmasaputra Jadi CEO OVO

Karaniya Dharmasaputra, salah satu pendiri PT Bareksa Portal Investasi (Bareksa), per September 2019 ini diangkat menjadi Presiden PT Visionet Internasional (OVO).
Dalam keterangan resmi perusahaan, Kamis (19/9/2019), Karaniya Dharmasaputra menggantikan posisi Andrian Suherman yang telah memimpin OVO tiga tahun terakhir.
"Kepercayaan ini merupakan sebuah amanah untuk terus membangun OVO, bukan hanya sebagai pelaku industri tekfin terpercaya tapi juga sebagai aset nasional strategis. OVO harus berpihak dan bermanfaat bagi Indonesia," ujar Karaniya.
OVO adalah platform pembayaran digital yang masuk dalam pohon bisnis Lippo Digital Group. OVO telah memiliki lisensi e-money di Indonesia, dan telah menjadi mitra pembayaran digital GrabPay.
Sejak diluncurkan pada September 2017, OVO telah digunakan oleh lebih dari 115 juta pengguna dan juga 300.000 mitra UMKM di 354 kota di Indonesia. OVO adalah salah satu platform pembayaran digital dengan pertumbuhan tercepat di Indonesia.
Ditunjuknya Karaniya sebagai CEO diharapkan bisa terus menumbuhkembangkan OVO.
Namun, lulusan sarjana ilmu politik di Universitas Gadjah Mada (UGM) ini tidak melepas jabatannya sebagai CEO Bareksa.
Ia beralasan, Bareksa dan OVO sedang dalam proses integrasi bisnis. Proses integrasi itu masih menunggu izin dari Bank Indonesia (BI).
Pria yang meraih gelar Master of Public Policy di The George Washington University ini adalah pendiri dan sekaligus sebagai CEO Bareksa sejak Januari 2014. Sebelumnya ia pernah malang melintang di  perusahaan media, seperti The Jakarta Post, Kompas, Tempo dan Viva.

04 September 2019

Insinyur Pertanian Pimpin BRI

Setelah "ditinggal" Suprajarto, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BRI) menggelar Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB). Rapat tersebut mengangkat Sunarso, dari Wakil Dirut menjadi Direktur Utama (Dirut) BRI. Sementara itu, posisi Wadirut diisi oleh Catur Budi Harto.
"RUPSLB juga memutuskan perubahan anggota dewan komisaris dan direksi," kata Sunarso dalam acara konpers usai RUPLSB, di Gedung BRI 1, Jakarta, Senin (2/9).
Soenarso mengenyam pendidikan S1 di Institut Pertanian Bogor (IPB) , jurusan Agronomi. Setelah itu, pria kelahiran Pasuruan, 7 November 1963 ini melanjutkan ke jenjang S2 bidnag Administrasi Bisnis di Universitas Indonesia.
Sunarso sebenarnya sudah sejak 2015 menjadi wadirut BRI. Namun pada Oktober 2017, ia dipercaya utk menjsdi orang nomor satu di PT Pegadaian. Pada Januari 2019, ia diminta kembali ke BRI sebagai wadirut lagi.
Pengalaman profesional Sunarso dimulai di Bank Dagang Negara yang kemudian merger dengan Bank Bumi Daya, Bank Pembangunan Indonesia (Bapindo) dan Bank Ekpor Impor Indonesia menjadi Bank Mandiri.
Jabatan tertinggi yang pernah diembannya di bank hasil merger itu adalah sebagai Direktur Commercial & Business Banking sejak tahun 2010 hingga 2015.

01 September 2019

Suprajarto Memilih Mundur

Kamis, 29 Agustus 2019 adalah hari yang kusut buat Suprajarto. Siang hari ia masih dirut BRI, sore harinya ia dapat kabar diangkat jadi dirut BTN, dan malam harinya ia mundur, melepaskan jabatan sebagai orang nomor satu di bank plat merah itu.
Kejadian itu bertepatan sehari setelah hari lahirnya. Pria kelahiran 28 Agustus 1965 itu merasa tak pernah diajak bicara tentang kepindahannya dari BRI ke BTN.
"Saya tidak pernah diajak bicara sebelumnya. Apalagi diajak musyawarah. Saya memutuskan mengundurkan diri dari hasil keputusan RUPSLB BTN itu," ujar lulusan S3 Manajemen Bisnis Universitas Padjadjaran, Bandung itu di Jakarta, Kamis malam (29/8).
Suprajarto sudah 30 tahun malang melintang di BRI hingga pada 2015 ia diminta ke Bank Negara Indonesia (BNI) untuk menduduki jabatan sebagai Wakil Dirut BNI. Lalu, ia kembali lagi untuk memimpin BRI pada Maret 2017 menggantikan Asmawi Syam.
Anehnya, Deputi Bidang Usaha Jasa Keuangan, Jasa Survei dan Konsultan Kementerian BUMN Gatot Trihargo menyatakan Suprajarto telah mengetahui rencana penunjukannya sebagai dirut BTN menggantikan Maryono. "Sudah (tahu)," ujar Gatot.